Yang tercinta kasihku,
Kupersembahkan jiwaku untukmu…
Saat ini, ketika aku diuji berpisah dari anak-anakku
tersayang dan penguat hatiku, aku kemudian teringat
padamu dan keindahan wajahmu yang terlukis di dalam
cermin hatiku.
Kasihku, Aku berharap semoga Allah senantiasa
menjagamu dan memberikan kesehatan dan kebahagiaan
dalam lindungan-Nya. Sementara untukku, segala
kesulitan yang ada telah berlalu. Alhamdulillah apa
yang terjadi sampai saat ini adalah kebaikan dan
sekarang aku tengah berada di kota Beirut yang asri.
Sejujurnya, ketiadaanmu di sisiku membuat perjalanan
ini menjadi sepi. Dengan hanya melihat kota dan laut
yang ada merupakan pemandangan yang sedap dipandang
mata. Aku tak dapat menghitung betapa besar keharuanku
ketika mengingat kekasihku tidak di sisiku menemaniku
menatap pemandangan indah yang meresap di kalbu.
malam ini adalah malam kedua aku menanti
kapal yang akan membawa kami. Sesuai dengan ketentuan
yang ada, keesokan hari akan ada kapal yang bertolak
dari sini ke Jeddah. Sayangnya, karena kami agak
terlambat sampai di sini harus menanti kapal yang
lain. Untuk saat ini apa yang harus dilakukan belum
jelas. Aku berharap semoga Allah dengan belas
kasih-Nya kepada kakek-kakekku yang suci, sebagaimana
Ia mensukseskan perjalanan seluruh hamba-Nya untuk
melaksanakan haji, memberikan kesempatan yang sama
pula kepada kami.
Dari sisi ini aku agak sedikit sedih dan gelisah,
namun alhamdulillah kondisiku sehat bahkan semakin
baik dan lebih meyakinkan. Sebuah perjalanan yang
indah, sayangnya dan sekali lagi sayangnya, engkau
tidak bersamaku di sisiku. Hatiku merindukan putramu
(Sayyid Musthafa). Aku sangat berharap bahwa mereka
berdua senantiasa selamat dan bahagia di bawah
lindungan dan bimbingan Allah swt.
Bila engkau menulis surat kepada ayahmu dan ibu serta
nenekmu sampaikan salamku juga kepada mereka. Aku
telah menyiapkan diriku menjadi pengganti ziarah
kalian semua. Sampaikan juga salamku kepada adikmu
Khanum Shams Afagh. Dan lewat adikmu sampaikan salamku
kepada Agha Alavi. Sampaikan salamku kepada Khavar
Sultan dan Rubabeh Sultan. Katakanlah kepada mereka
tentang lembaran lain dari surat ini untuk disampaikan
kepada Agha Syaikh Abdul Husein.
Semoga hari-hari kalian dilalui dengan panjang umur
dan kemuliaan.
Duhai kasihku…
Belahan jiwaku…
Ruhullah saat ini bak gambar kosong yang sedang
menanti keberangkatan yang tak kunjung datang.
(Surat ini ditulis pada bulan Farvardin tahun 1312)
Ini adalah Puisi Imam Tentang pencari cinta
KERUMUNAN PEMABUK
Di sekitar sufi tak kutemukan
Kelezatan yang kudamba
Di biara tak terdengar
Musik yang cinta mencipta
Di madrasah tak bisa kubaca
Buku apa saja dari si sobat
Di menara susah sungguh ditemukan
Suara darinya untuk disimak
Dalam cinta-buku tak kulihat
Wajah cantik bertutup cadar
Dalam susastra-suci tak kudapat
Jejak-jejak sang nasib
Di rumah berhala sepanjang usia hamba
Dalam kecongkakan terhabiskan saja
Dalam perkumpulan sesama kulihat
Tak penawar tak juga lara
Lingkar pencinta kujelang musti
Pelipur lara mungkin di sana
Dari kebun mawar sang kekasih
Sepoi angin atau sebentuk jejak
“Aku”dan ” Kita,” dari akal keduanya
Dialah tali tuk memintalnya
Dalam kerumunan para pemabuk
Tak ada “Aku” tak pula “Kita”