Sayyidah Zainab as

Zainab as tumbuh menjadi wanita muda berperawakan tinggi. Namun mengenai karakter fisik beliau, sedikit yang diketahui.
Pada peristiwa Karbala, dimana saat itu beliau telah berumur sekitar lima puluh tahun, beliau terpaksa harus keluar tanpa menggunakan cadar. Saat itulah beberapa orang yang melihat beliau mengatakan bahwa beliau bagaikan matahari yang bersinar.
Dalam karakter, belaiu merefleksikan sifat-sifat terpuji orang-orang yang membesarkannya. Dalam hal ketenangan, beliauseperti Sayyidah Khodijah as, neneknya. Dalam hal kesucian dan kesederhannan, belaiu seperti ibunya, Fatimah Az-zahra as. Dalam kefasihan, beliau seperti ayahnya Ali Bin Abi Thalib as.Dalam hal ketabahan dan kesabarannya, beliau seperti saudaranya, Al-Hasan as. Dan dalam keberanian dan ketenangan hati, beliau seperti saudaranya, Al-Husain as. Sementara wajahnya merupakan pancaran pesona ayahnya dan keindahan kakeknya.
SAat pernikahan, beliau dipersunting oleh sepupunya Abdullah bin Ja’far Ath-thayyar dalam sebuah upacara pernikahan yang sederhana. Abdullah dibesarkan dalam perawatan Rasulallah saw. Setelah beliau saw wafat, Imam Ali as yang kemudian menjaga dan membimbingnya, hingga ia mencapai usia muda. Ia tumbuh menjadi seorang pemuda menjadi seorang pemuda tampan dengan tingkah laku yang menyenangkan. Ia pun dikenal ramah terhadap tamu dan dermawan terhadap kaum miskin.
Pasangan muda ini memiliki lima anak, empat lelaki yaitu ali, Aun, Muhammad, dan abbas; serta seorang perempuan yaitu Ummu Kultsum.
Di MAdinah, Zainab as sering mengadakan pertemuan ( Majlis ) dengan para wanita, di man belaiu membagi pengetahuan dan mengajarksn aturan-aturan islam yang terdapat dalam Al-qur’an. Majlis beliau tidak pernah sepi dari pemgunjaung. Beliau begitu mampu menyampaikan pelajaran secara jelas dan fasih, sehingga belaiu pun digelari al-fashihah dan al-Balighah.
Pada 37 H, Imam Ali as pindah ke Kufah setelah secara de facto terpilihsebagai khalifah. Kepindahan beliau ini juga ditemani oleh Zainab as dan suaminya.
Reputasi beliau sebagaiseorang guru telah tersebar luas. Karena itu, diman pu majlis beliau selalu dipenuhi oleh para wanita, yang ingin mengambil manfaat dari pengetahuan, kearifan, dan kepiawaian beliau dalam menyampaikan tafsir Al-Qu’an.
Kedalaman dan kekokohan beliau dilukiskan oleh keponakannya, Imam Ali zainal Abidin as, bahwa beliau ‘Alimah Ghairu Mu’allamah ( berpengetahuan tanpa diberi tahu ).
Zainab as juga memiliki panggilan Az-zahidah dan Al-Abidah, karena kezuhudandan ketekunannya dalam beribadah. Beliau tidak pernah tertaik padakenikmatan duniawi. Sebaliknya, beliau sangat bergirah untuk mengejar akhirat. Belaiu sering berkat bahwa baginya dunia adalah tempat peristrahat sementara untuk melepas letih dalam perjalanan. Beliau begitu sederhana dan berakhlak tinggi . Perhatian utamanya adalah berupaya keras untuk menyenangkan Allah, yang dalam melakukan itu beliau menghindari segala sesuatu yang meragukan walaupun sangat kecil.

Al-Husain Bin Ali, Sayyidusy-Syuhada ( Bagian II )

Nabi Muhammad secara tebuka telah meramalkan bahwa agama islam akan diselamatkan oleh cucu beliau yang kedua, Husain. Dan itu terjadi ketika Yazid, anak Mu’awiyah, berusaha untuk menghancurkannya.

Yazid dikenal karena wataknya yang kejam dan tingkah lakunya yang kasar. Dia dikenal sebagai manusia yang tidak baik. Masyarakat yang sudah tau dan memahami watak Yazid, membuat suatu kesepakatan bahwa Mu’awiyah tidak boleh mengangkat Yazid sebagai penggantinya. Perjanjian ini disampaikan oleh Mu’awiyah kepada Imam Hasan, yang darinya Mu’awiyah telah merenggut kekuasaan. Tapi Mu’awiyah melanggar perjanjian ini dan mengangkat Yazid sebagai penggantinya.

Segera setelah ia berkuasa, Yazid bertindak seperti watak aslinya. Dia mulai ikut campur dalam pokok-pokok aqidah, dan memperaktekkan setiap sifat buruk dan perbuatan jahat secara bebas dengan kadar kebebasan yang paling tinggi, sambil terus memproklamirkan diri sebagai sebagai pengganti NAbi Suci, dan meminta kesetiaan orang bagi dirinya sebagai penuntun agama yang paling utama. Memberikan kesetian kepada Yazid sama saja dengan memberikan suatu pengakuan terhadap seorang penjahat. Jika seorang tokoh hebat separti Imam Husain yang suci telah mengakui otoritasnya, maka itu benar-benar merupakan suatu rekomendasi bagi rusaknya kemanusiaan di sisi Allah. Dan hal itu mustahil.

Yazid meminta kesetiaan ( bai’at ) dari Imam Husain, tapi bagaimanapun juga, Imam Husain tidak pernah mengakuinya. Orang-orang yang takut mati dan binasa oleh orang zalim tersebut,menyerah padanya karena takut. Imam Husain berkata bahwa apapun yang terjadi, dia tidak akan pernah menyerah kepada kekuatan jahat sebagai pengganti Allah dan melepaskan apa yang telah ditegakkan oleh datuknya, yaiutu Nabi Suci.

Penolakan Imam untuk memberikan kesetiaan ini, menandai permulaan hambatan bagi usaha Imam. Sebagai akibatnya, ia mengasingkan diri ke Madinah,dan menjalani hidup menyendiri. Disini pun Imam Husain tidak diperkenankan hidup dalam kedamaian dan terpaksa mencari perlindungan ke Mekkah. Sekali lagi Imam Husain diperlakukan dengan buruk, dan Yazid merencanakan untuk membunuh Imam didaerah itu juga, yaiut ditempat tersuci, Ka’bah.

Untuk melindungi tempat tersuci tersebut, Imam memutuskan untuk meninggalkan MEkkah menuju Kufah, persis sehari sebelum pelaksanaan ibadah haji. Ketika ditanya alasan keberangkatannya yang aneh dari mekkah tersebut dan tidak melaksanakan ibadah haji yang hanya tinggalsehari lagi, Imam berkata bahwa ia akan melaksanakan haji di Karbala, memberikan pengorbanan tanpa seekr kurban pun, kecuali handai taulan dan sanak keluarganya dan beberapa sahabat setianya. Imam menyebutkan satu persatu nama-nam handai taulan dn sanak keluarga yang akan mengorbankan jiwa mereka bersamanya, dalam suatu pengorbanan besar di Karbala.

Penduduk kufah yang sudah bosan atas kekuasan semena-mena, dan zalim dari Yazid, banyak sekali yang menulis surat dan utusan kepada Imam Husain untuk datang memnerikan bimbingan agama kepada mereka. Walaupun Imam tahu tujuan akhir dari undangan tersebut, namun sebagai imam yang terpilih ia tidak dapat menolak untuk memberikan bimbingan yang diminta itu.

Ketika Imam bersama rombongannya tiba di karbala, keduanya secara aneh berhenti dan tidak mau bergerak lebih jauh lagi. Atas dasar inilah Imam Husain mengumumkan : ” Inilah tanah itu, tanah penderitaan dan penyiksaan.” Imam turun dari kudanya dan memerintahkan pengikut-pengikutnya untuk berkemah disana denagn mengatakan : Disinilah kita akan syahid dan anak-anak kita akan dibunuh. Disini kemah-kemah kita akan di bakar dan keluarga kita akan ditawan. Inilah tanah dimana datukku, Rasulallah telah meramalkannya, dan ramalannya pasti terpenuhi.”

Pada tanggal 7 Muharram, saluran yang menuju kemah Imam di blokir, dan mulailah derita kehausan dan kelaparan. Kemah imam terdiri dari para wanita, anak-anak kecil yang tak berdosa termasuk bayi-bayi dan beberapa orang pria anggota keluarga nabi, dan kelompok kecil sahabat setia Imam Husain yang telah memilih syahid bersama Imam Husain yang telah memilih syahid bersama Imam, bertempur karena Allah, melawan kezaliman.
Sumber : 14 manusia Suci

Al-Husain Bin Ali, Sayyidusy-syuhada ( Bagian I )

Nama : Al-Husain
Gelar : Ayyidusy syuhada’
Nama Julukan : Aba Abdillah
Nama Ayah : Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib
NAma Ibu : Fatimah Putri Rasulallah
Kelahiran : Madinah ; Kamis, 3 Sya’ban tahun ke -4 H
Wafat : Syahid di Karbala pada usia 57 tahun, Jum’at, 10 Muharram 61 H dan dimakamkan disana.

Di rumah Nabi, yang memberikan baying-bayang terbaik dari kedua alam – surga dan bumi – seorang anak yang mendatangkan manfaat bagi umat manusia seakan-akan dia adalah “ Jejak Allah “ yang membayangi bumi, lahir di suatu malam di bulan Sya’ban. Ayahandanya adalah Imam Ali ra. Teladan kebajikan bagi sahabat-sahabatnya dan yang paling berani melawan musuh islam; sedang ibundanay Sayyidah Fatimah ra, Petri bungsu Nabi suci, yang mewarisi sifat-sifat ayahnya.

Imam Husain ra adalah Imam keturunan Rasul yang ketiga.Ketika kabar baik tentang kelahirannya sampai kepada Nabi suci Saw, beliau dating kerumah Fatimah, memangku anak yang baru lahir itu, membacakan adzan dan iqamah berturut-turut ditelinga kanan dan kirinya, setelah melakukan acara aqiqah, beliau memberi nama anak itu Al-Husain, memenuhi perintah Allah.
Abdullah bin Abbas menceritakan : “ Pada hari itu juga ketika Imam ?Husain lahir,Allah memerintahkan Jibril untuk turun ke bumi dan mengucapkan selamat kepada Nabi Suci atas nama Allah dan atas namanya sendiri. Ketika turun, Jibril melewati sebuah pulau yang di dalamnya Malaikat Futrus dibuang karena lambatnya membentuk satu panitia yang ditugaskan oleh Allah. Sayapnya dicabut dan dibuang ke pulau tersebut dan tetap tinggal disana selama beberapa tahun dengan berdoa dan beribadah kepada Allah dan memohon ampunan-Nya.

“ Ketika Malaikat Futrus melihat Jibril, dia memanggil : “ Hendak kemana anda, hai Jibril? Jawab Jibril, ‘Husain, Cucu Muhammada telah lahir : KArena itulah aku di perintahkan oleh Allah untuk menyampaikan selamat kepada Rasul-Nya, ‘ jawab Jibril. Lalu Malaikat Futrus berkata, ‘ dapatkah nada membawa saya bersamamu ? mudah-mudahanmau memohonkan ampun bagi saya Kepada Allah. ‘Jibril membawa Malaikat Futrus bersamanya dating kepada Nabi suci, memberikan selamat kepada beliau atas nama Allah dan atas nama dirinya sendriri, dan menyerahkan perkara Malaikat Futrus kepada belau. Nabi Suci berkata kepada Jibril, ‘suruhlah Malaikat Futrus untuk menyentuh anak yang baru lahir itu.’ Setelah melaksanakan hal tersebut, Malaikat Futrus dengan segera memperoleh kembali sayapnya, memperoleh ampunan Allahdan memuji-muji Allah, Nabi Suci serta cucunya yang baru lahir, lau terbang ke surga.”

Hasan dan Husain, dua putra Imam Suci Ali bin Abi Thalb dan Fatimah, yang bercahaya, dihormati dan dipuja sebagai para pemimpin kaum muda disura sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Suci.

Sumber : 14 Manusia Suci

By alisyatir Posted in Tokoh